Friday, 4 March 2016

DEFINISI, CIRI-CIRI & DALIL-DALIL DAN KEPENTINGAN AKHLAK



Pengertian Akhlak


Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabeat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. Sedangkan menurut para ahli, pengertian akhlak adalah sebagai berikut:

Menurut Ibnu Maskawaih
Menurutnya akhlak ialah “hal li nnafsi daa’iyatun lahaa ila af’aaliha min ghoiri fikrin walaa ruwiyatin” yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Menurut Abu Hamid Al Ghazali
Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu.

Menurut Ahmad bin Mushthafa
Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan, dimana keutamaan itu ialah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir, marah dan syahwat atau nafsu.

Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani
Akhlak merupakan sesuatu yang sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam diri manusia yang darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa berpikir dan direnungkan.



Sunan Tirmidzi 1927: dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, maka beliau pun menjawab: "Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia." Dan beliau juga ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, maka beliau menjawab: "Mulut dan kemaluan."

    Sunan Tirmidzi 3515: dari Mis'ar dari Ziyad bin 'Ilaqah dari pamannya dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan: "ALAAHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MIN MUNKARAATIL AKHLAAQ WAL A'MAALI WAL AHWAAAI" (Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari berbagai kemungkaran akhlak, amal maupun hawa nafsu)."

     Sunan Tirmidzi 1925: dari Abu Darda` bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah amatlah murka terhadap seorang yang keji lagi jahat."

Sunan Tirmidzi 1910: dari Abu Dzar ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: "Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik."

Sunan Tirmidzi 1896: dari Ibnu Abu Mulaikah dari Aisyah ia berkata; Tidak ada akhlak yang paling dibenci Allah melebihi sifat dusta.
Hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi rahimahulaah :


Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.(QS.Shaad : 46 )

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berakhlak yang agung. ( QS. Al-Qalam : 4 )

CIRI-CIRI AKHLAK ISLAM


 Antara ciri akhlak islam, ada beberapa antaranya:

1. Kebajikan yang mutlak.

      Islam telah mengajarkan akhlak yang luhur yang menjamin kebaikan dan kebahagiaan bagi seseorang baik sebagai  individu mahupun masyarakat pada setiap waktu dan  keadaan. Sebaliknya akhlak (etika) yang dibuat manusia lebih bersifat individu dan mementingkan diri sendiri dan tidak mampu menjamin kebajikan.

2. Kebaikan yang menyeluruh.

      Akhlak Islam menjamin kebaikan untuk seluruh umat manusia.Mudah untuk dilakukan dan tidak memberatkan bagi yang melakukannya. Islam telah mengajarkan akhlak yang mulia, sehingga dapat dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal yang waras.
3. Kemantapan.

     Akhlak Islam telah menjamin kebajikan yang mutlak yang sesuai dengan peribadi manusia. Ketetapannya bersifat tetap,kekal dan mantap, sebab yang menciptakan adalah Allah Swt yang Maha Bijaksana yang selalu memeliharanya daripada kebaikan yang mutlak. Akhlak yang dibuat manusia bersifat sementara dan sering kali berubah – ubah sesuai dengan kepentingan masyarakat itu sendiri. 
   
4. Kewajipan yang harus dipatuhi.

      Akhlak Islam merupakan akhlak yang bersumber dari wahyu yang wajib ditaati oleh setiap manusia. Didalamnya terdapat motivasi untuk selalu tunduk patuh dan berpegang teguh padanya yang timbul dari hati nurani yang menghambakan diri pada Zat yang Maha Agung. Akhlak Islam juga sebagai perangsang untuk berbuat kebaikan yang diiringi oleh pahala dan mencegah dari perbuatan keji dan jahat karena takut dengan azab dari Allah Swt.

5. Pengawasan yang menyeluruh.

      Akhlak Islam adalah pengawasan hati nurani dan akal sihat, Islam menghargai hati nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan beberapa usaha.


Berhubung dengan akhlak Islam, Dr. Sahilun A. Nasir menyebutkan bahwa akhlak islam berkisar pada:
a. Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini maupun yang akan datang.
b. Dengan keyakinan terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunnah Rasul-Nya, membawa konsekuensi logis, sebagai standar dan pedoman utama bagi setiap moral Muslim. Ia memberi sangsi terhadap moral dalam kecintaan dan kekuatannya kepada Allah tanpa perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar.
c. Keyakinannya akan hari kemudian/pembalasan, mendorong manusia berbuat baik dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada Allah.
d. Islam tidak moral yang baru, yang  bertentangan dengan ajaran dan jiwa islam. Berasaskan dari Al-Qur’an dan Al-Hadits, di interpretasikan oleh para ulama mujtahid.
e. Ajaran akhlak islam meliputi segala segi hidup dan kehidupan manusia berdasarkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya, dengan janji Illahi  yang sang Maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisikan hati nurani, yang menurut kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan.

Kepentingan Akhlak Dalam Islam

Akhlak mencorak tingkah laku

Akhlak memainkan peranan yang penting dalam mencorakkan tingkah laku dan kehidupan seseorang. Setiap tingkah laku yang lahir daripada manusia sebenarnya adalah cernaan daripada apa yang tersemat di dalam dirinya. Sebagaimana menurut Al-Ghazali : "Setiap yang ada di dalam hati akan menzahirkan kesannya pada anggota badan sehinggalah setiap pergerakkannya adalah berlandaskan kepadanya".

Maka dengan ini sehinggalah apabila akhlak menjadi sebati di dalam diri ia akan melahirkan tindakan spontan, bergantung kepada nilai akhlak yang ada padanya.

Neraca akhlak mempengaruhi pertimbangan

Neraca akhlak yang sebati di dalam diri manusia akan mempengaruhi pertimbangannya dalam menilai sesuatu perbuatan. Oleh itu, kesahihan dalam pertimbangan ini bergantung kepada sejauh mana kesahihan neraca yang dipegangnya.

Akhlak mencerminkan keimanan

Akhlak adalah cermin keimanan seseorang. Dengan erti kata lain, iman yang sempurna akan memprodukkan akhlak yang mulia atau dengan perumpamaan yang  mudah, ibarat pohon yang semata-mata bergantung kepada keelokan akarnya. Sabda Rasulullah S.A.W  :                

"Di kalangan mu'minin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya”.

Akhlak sebagai simbol tamadun manusia.

Tamadun sesuatu umat adalah terletak kepada sejauh mana penghayatannya dan kemurnian sumber peradabannya. Akhlak adalah sebagai mercu tanda, berjaya atau tidaknya sesuatu umat dalam melakukan proses kemajuan dan pembangunan. Tanpa akhlak nescaya manusia akan berada di lembah kehinaan biarpun kejayaan material yang dicapai sangat menakjubkan. Faktor membelakangkan akhlak jugalah yang menyebabkan sesuatu umat tersebut tidak mencapai ketamadunan yang sebenarnya. Contohnya tamadun barat yang berasaskan oleh ideologi kapitalis dan lain-lain, jatuh satu persatu kerana mengkesampingkan nilai-nilai akhlak.

Akhlak adalah mangkin perubahan
               
Aspek keluhuran akhlak dan kerohanian perlulah diambil berat serta diberi pemfokusan yang utama dalam melakukan setiap agenda perubahan kepada masyarakat. Ini adalah kerana sebagai mangkin perubahan, sebagaimana yang telah diulas oleh Imam As Syahid Hassan Al-Banna sebagai "tongkat perubahan". Ini kerana krisis yang dihadapi oleh dunia adalah merupakan krisis kejiwaan dan kerohanian sebelum ianya menjadi krisis ekonomi  dan politik.





No comments:

Post a Comment