Monday 21 March 2016

KONSEP AL FALAH, DALIL DALIL DAN CARA MENDAPATKANNYA

KONSEP AL FALAH
Definisi al-Falah
Al-Falah merupakan bentuk masdar dari kata kerja falaha-yaflahu, yang berarti mengolah dan membajak.Bentuk lain seperti faizun berarti orang yang memperoleh kemenangan atau hal yang menggembirakan.
 Adapun secara terminologi, terdapat beberapa definisi dari para tokoh :
Menurut M. Quraish Shihab, al-Falah berarti memperoleh apa yang diinginkan, atau dengan kata lain kebahagiaan. Seseorang baru bisa merasakan bahagia jika mendapatkan apa yang diinginkan. Akan tetapi,  sesuatu yang dianggap sebagai kebahagiaan tidak akan menjadi kebahagiaan kecuali jika ia merupakan sesuatu yang didambakan serta sesuai dengan kenyataan dan substansinya.
Menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, al-Falah (keberuntungan) adalah tercapainya tujuan yang dicita-citakan, berkat ilham yang diberikan Allah pada orang-orang yang bertakwa untuk menuju jalan keberhasilan.
Menurut Syekh Ibnul Qayyim: “Orang yang beruntung sejati adalah orang setiap kali ia bertambah ilmunya, maka bertambah sifat tawadlu’ dan kasih sanyangnya, setiap kali bertambah amalnya, bertambah pula rasa takut dan kewaspadaannya, setiap kali bertambah umurnya, maka berkuranglah kerakusannya kepada dunia”.
Menurut John C. Maxwell, orang yang paling beruntung adalah mereka yang mempunyai visi, mengejarnya, dan membantu orang lain untuk melihatnya (pemimpin). Orang yang memiliki visi lalu mengejarnya, mereka lebih senang membicarakan tentang masa depan, berpikir positif, tampak aktif, dan senantiasa bersemangat. Mereka tahu ke arah mana harus melangkah, apa yang harus dikerjakan, dan selalu berorientasi pada masa depan. Hasilnya, adalah sesuatu yang luar biasa karena mereka selalu memikirkan rencana untuk masa depan. 


DALIL DALIL TENTANG AL FALAH

1. QS. Al-Mukminun (23) ayat 1-11
 قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7) وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (9) أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (10) الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (11)

Artinya : 1. Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, 3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, 4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. 7. Barangsiapa yang mencari dibalik itu, sungguh mereka itulah orang-orang yang meampaui batas.  8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 9. Dan orang-orang yang memeihara sembahyangnya, 10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, 11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

2. QS. Al-Hasyr (59) ayat 9
وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya : Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.
3.QS. Yusuf (12) ayat 23
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَن نَّفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Artinya : Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.
4.    QS. Al-An’am (6) ayat 21
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللّهِ كَذِباً أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Artinya : Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.


CARA CARA MENDAPATKAN AL FALAH

  • Iman kepada Allah melahirkan perbuatan yang bermanfaat kepada diri dan masyarakat.
  • Taqwa kepada Allah, iaitu sikap sentiasa mentaati suruhan suruhan Allah dan berwaspada                     kepada larangannya.
  • Menunaikan kewajipan Allah dan kepada sesama manusia.
  • Mengawal diri daripada menghabiskan masa dengan sia-sia.
  • Menjauhkan diri daripada  perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah seperti                meminum arak, berjudi dan makan riba.
  • Bekerja untuk mencari rezeki tanpa melupakan Allah.
  • Mengorbankan harta benda dan masa pada jalan Allah.




















TOKOH-TOKOH YANG MEMBICARAKAN TENTANG AL-FALAH

Tokoh  Pertama

Syekh  muhammad  hisyam  kabbani

Syekh  Muhammad  Hisyam  Kabbani  ialah  seorang  ulama  dan  syekh  Sufi  dari  Timur  Tengah . Beliau  merupakan  lulusan  American  University  di  Beirut  dalam  bidang  Kimia  dan dari  sana , beliau  mengambil kos  Kedoktoran  di  Louvain , Belgia . Beliau  juga  meraih  gelaran  dalam  bidang  Syariah  dari  Damaskus . Sejak  masa  kanak-kanak , beliau  menemani  Syekh 'Abdullah  ad-Daghestani  dan  Syekh  Muhammad  Nazim  al – Haqqani , syekh  dari  Tarekat Naqsybandi  'Aliyyah  di  masa  ini . Beliau  telah  banyak  melakukan  perjalanan  ke  seluruh  Timur Tengah , Eropah , dan  Timur  Jauh  dalam  menemani  syekhnya .

Pada  tahun  1991 , beliau  pindah  ke  Amerika  Syarikat  dan  kemudian  mendirikan yayasan  Tarekat  Sufi  Naqsybandi-Haqqani  di  sana .

Sejak  itu , beliau  telah  membuka  tiga  belas  Pusat  Sufi  di  Kanada  dan  Amerika  Syarikat . Beliau  telah  memberi  kuliah  di  banyak  universiti , termasuk  Oxford , University  of California  di  Berkeley , University  of  Chicago , Columbia  University , Howard , McGill , Concordia, Dawson  College , begitu  pula  di  banyak  pusat keagamaan  dan  spiritual  di  seluruh  Amerika Utara , Eropa , Timur  Jauh  dan  Timur  Tengah .

Ke  mana  pun  Syekh  Hisyam  Kabbani  pergi , kegiatannya  adalah untuk   menyebarkan ajaran  Sufi  dalam  lingkup  persaudaraan  antara  umat  manusia  dan  kesatuan  dalam kepercayaan  terhadap  Tuhan  yang  terdapat  dalam  semua  agama  dan  jalur  spiritual . Usahanya  diarahkan  untuk  membawa  spektrum  keagamaan  dan  jalur-jalur  spiritual  yang beragama  ke  dalam  keharmonisan  dan  kerukunan , dalam  rangka  pengenalan  akan kewajiban manusia  sebagai  khalifah  di  bumi ini .

Sebagai seorang syekh Sufi, Syekh Hisyam, telah diberi otoritas dan izin untuk membimbing para pengikutnya menuju Kecintaan terhadap Tuhan dan menuju maqam-maqam yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta bagi mereka. Pelatihan spiritualnya yang berat selama 40 tahun di bawah bimbingan grandsyekh dan syekhnya telah memberinya kualitas luhur mencakup kebijaksanaan, cahaya, kecerdasan, dan kasih sayang yang diperlukan bagi seorang Guru sejati dalam Tarekat.

Pencapaian misi Syekh Hisyam di Amerika adalah kontribusinya yang unik bagi Upaya Manusia dalam mencapai takdir tertingginya, yaitu kedekatan dengan Tuhan. Perjuangannya untuk menyatukan hati umat manusia dalam perjalanan mereka menuju Hadirat Ilahi barangkali merupakan warisan terbesarnya bagi dunia Barat .






Tokoh  Kedua



Ahmed Hoosen Deedat

                    Ahmed  Hoosen  Deedat (Gujarati , Julai 1918-8 Ogos 2005) adalah  seorang penulis  Afrika  Selatan  dan  penceramah  awam  berketurunan  India . Beliau  paling dikenali  sebagai  pendakwah  Islam , yang  memegang  pelbagai  perbahasan  antara agama  awam  dengan  calChristians  Evangeli , serta  video  ceramah  mengenai  Islam , Kristian , dan  Alkitab . Deedat  menubuhkan  IPCI , sebuah  organisasi  dakwah  Islam antarabangsa , dan  menulis  beberapa  buku  kecil  diedarkan  secara  meluas  mengenai Islam  dan  Kristian . Beliau  telah  dianugerahkan  Faisal  Hadiah  Antarabangsa  Raja  pada tahun  1986  selama  lima  puluh  tahun  beliau  melakukan  kerja-kerja  dakwah . Beliau menulis  dan  berceramah  dalam  bahasa  Inggeris .

Awal kerja-kerja dakwah 1942-1956
                    Kuliah  pertama  Deedat  bertajuk  " Muhammad : Messenger  of  Peace " , disampaikan  pada  tahun  1942  kepada  penonton  lima  belas  orang  di  sebuah pawagam  Durban  bernama  Cinema  Avalon .
 
                    Sebuah  kenderaan  utama  aktiviti  dakwah  awal  Deedat  adalah ' Lawatan Berpandu '  Masjid  Jumma  di  Durban . Masjid  Jumma  hiasan  besar  adalah  tapak mercu  tanda  di  bandar  mesra  pelancong  Durban . Satu  program  makan  tengahari , ucapan   telah   diberikan  juga  kepada  pelancong  antarabangsa . Deedat  sendiri  adalah salah  satu  panduan , hosting  pelancong  dan  memberi  pengenalan  kepada  Islam  dan hubungannya  dengan  agama  Kristian .
 
 
IPCI and as-Salaam 1956–1986
               Antara  rakan-rakan  rapat  Deedat  adalah  Goolam  Hoosein  Vanker  dan  Taahir Rasool , yang  banyak  merujuk  kepada  sebagai  Wira  Tanpa  Tanda  Perkhidmatan penterjemahan  kerjaya  Deedat .
 
                    Pada  tahun  1957 , ketiga-tiga  lelaki  mengasaskan  Penyebaran  Pusat  Islam Antarabangsa ( IPCI ) dengan  tujuan  mencetak  pelbagai  buku-buku  mengenai  Islam dan  menawarkan  kelas  kepada  umat  Islam  yang  baru  memeluk  Islam .  Pada  tahun berikutnya  Deedat  menubuhkan  seminari  Islam  dipanggil  As- Salaam  Pendidikan Institut  pada  menderma  75  ekar ( 300,000 m2) sebidang  tanah  yang  terletak  di Braemar  di  selatan  wilayah  Natal . Kajian  ini  tidak  berjaya , bagaimanapun  kerana kekurangan  IPC  ini  tenaga  kerja  dan  kekurangan  dana , dan  diambil  alih  oleh Angkatan  Belia  Islam  Afrika  Selatan  pada  tahun  1973 . Deedat  kemudian  kembali  ke Durban  dan  memperluaskan  aktiviti  IPC  ini .
 
 
Debat dengan Anis Shorrosh
                    Ahmed  Deedat  berdebat  dengan  Palestin  Anis  Shorrosh  beberapa  kali . Pada 8  September  1977 , mereka  dibahaskan  tuntutan  dalam  Alkitab  dan  Al-Quran  sebagai Firman  Tuhan  dalam  Birmingham . Pada  1980-an , Deedat  dan  Shorrosh  dibahaskan dua  kali . Yang  pertama , bertajuk  “ Adakah Yesus Tuhan? “ berlaku  pada  bulan Disember  1985  di  Royal  Albert  Hall  di  London . Perdebatan  kedua  dianjurkan  dengan meria h dan  sekali  lagi  diadakan  di  Birmingham  pada  7  Ogos  1988 , berjudul “ The Quran  or  Bible : Tentang  Firman  Tuhan “ .





Tokoh  Ketiga
Dr. ZakiR naik
Zakir Naik  (lahir 18 Oktober 1965 di Mumbai , India) adalah  seorang  pendakwah Islam  India , yang  telah  dipanggil " berkuasa perbandingan agama ",  "mungkin ideologi Salafi  yang  paling  berpengaruh  di  India" dan " penginjil Salafi yang terkemuka di dunia ".  Beliau   adalah  pengasas dan  Presiden  Yayasan  Penyelidikan  Islam  (IRF ) , dan pengasas  " perbandingan agama "  saluran  TV  Peace , di  mana  dia  mencapai dilaporkan  100  juta  penonton . Tidak seperti kebanyakan  pendakwah  Islam , ceramah beliau  adalah  bahasa  percakapan , dalam  Bahasa  Inggeristidak  Urdu atau  Arab , dan dia  memakai  sut  dan tali  leher  daripada  pakaian  tradisional .
Sebelum menjadi penceramah awam, beliau dilatih sebagai seorang doktor perubatan. Beliau telah menerbitkan versi buku kuliah mengenai Islam dan perbandingan agama. Walaupun beliau telah secara terbuka dinafikan sektarianisme dalam Islam, dia dianggap oleh sesetengah pihak sebagai pengembang ideologi Salafi dan oleh sesetengah pihak, sebagai televangelis Islam radikal menyebarkan fahaman Wahabi .
                    Naik telah memegang banyak debat dan syarahan di seluruh dunia. Ahli antropologi Thomas Blom Hansen telah menulis bahawa gaya Naik ini menghafal kesusasteraan al-Quran dan Hadith dalam pelbagai bahasa, dan aktiviti dakwah yang berkaitan, telah menjadikan beliau amat popular di kalangan Muslim. Banyak perbahasan beliau direkodkan dan diedarkan secara meluas dalam video dan media DVD dan dalam talian. perbincangan beliau telah direkodkan dalam bahasa Inggeris dan disiarkan pada hujung minggu di beberapa rangkaian kabel di kawasan kejiranan Islam Mumbai, ke saluran Peace TV, yang beliau telah bersama-menghasilkan Topik dia sedang bercakap di termasuk: "Islam dan Sains Modern "," Islam dan Kristian ", dan" Islam dan sekularisme ".
                    Kerajaan India mengharamkan saluran Peace TV pada tahun 2012. Menurut New York Times memetik seorang wartawan India tanpa nama, polis Mumbai telah dihalang daripada memegang persidangan pada tahun-tahun kebelakangan ini "kerana dia membangkitkan kontroversi", dan India pembekal satelit enggan disiarkan saluran televisyen beliau, Peace TV. 
                    Pada bulan April 2000, Naik dibahaskan dengan William Campbell di Chicago pada topik "Al-Quran dan Alkitab: Pada Light Sains" , Satu perbahasan beliau yang paling-dinamakan . Pada 21 Januari 2006 Naik diadakan antara yang dialog -religious dengan Sri Sri Ravi Shankar di Bangalore tentang konsep Tuhan dalam Islam dan Hindu. Pada bulan Februari 2011 , Naik ditangani Oxford Union melalui pautan video dari India. Setiap tahun sejak November 2007 Naik telah mengetuai 10 -hari Persidangan Keamanan di Somaiya Bawah, Sion, Mumbai. Ceramah Islam telah disampaikan oleh Naik dan dua puluh orang Islam yang lain .

Saturday 19 March 2016

KERAJAAN ABBASIYAH

 PETA KERAJAAN BANI ABASIYAH  (750-1258M)





PENGASAS KERAJAAN BANI ABASIYAH

Beliau ialah Abdullah bin Muhammad dan lebih terkenal dengan gelaran Abu al-Abbas as-Saffah,lahir di wilayah al-Hamimah tahun 104 Hijrah.

 Dilantik menjadi Khalifah ‘Abbasiah yang pertama ketika berlakunya serangan tentera Abu Muslim yang bergerak mara dari Khurasan untuk merampas kuasa dari kerajaan Umaiyah.Sebelum dilantik menjadi Khalifah beliau telah diserahkan memimpin kaum ‘Abbasiah oleh Ibrahim bin Muhammad yang telah ditahan di bawah undang-undang keselamatan dalam negeri.

Beliau adalah seorang yang gagah berani,kuat ingatan dan bersikap keras terhadap kaum Bani Umaiyah,saangat suka berperang hingga digelar as-Saffah yang bererti penumpah darah.


Dalam masa memegang teraju pemerintahan,beliau terkenal sebagai seorang yang amat kuat menjalinkan tindakan-tindakan keras terhadap orang-orang yang menjadi musuhnya terutama kaum Bani Umaiyah.



Mereka diburu dan dikejar dengan hebatnya di mana-mana sahaja mereka berada.Tindakan seperti itu juga dijalankan terhadap orang-orang yang telah berjasa besar dalam gerakan mendirikan kerajaan ‘Abbasiah dahulu termasuklah Abu Salmah al-Khalali,kerana dicuriga memindahkan pemerintahan kepada keluarga Saiydina Ali dari kaum Syiah.




KHALIFAH ABBASIYAH BAGHDAD


  • Abu al-Abbas al-Saffah 750 - 754
  • Al-Mansur 754 - 775
  • Al-Mahdi 775 - 785
  • Al-Hadi 785 - 786
  • Harun al-Rashid 786 - 809
  • Al-Amin 809 - 813
  • Al-Ma'mun 813 - 833
  • Al-Mu'tasim 833 - 842
  • Al-Wathiq 842 - 847
  • Al-Mutawakkil 847 - 861
  • Al-Muntasir 861 - 862
  • Al-Musta'in 862 - 866
  • Al-Mu'tazz 866 - 869
  • Al-Muhtadi 869 - 870
  • Al-Mu'tamid 870 - 892
  • Al-Mu'tadid 892 - 902
  • Al-Muktafi 902 - 908
  • Al-Muqtadir 908 - 932
  • Al-Qahir 932 - 934
  • Ar-Radi 934 - 940
  • Al-Muttaqi 940 - 944
  • Al-Mustakfi 944 - 946
  • Al-Muti 946 - 974
  • At-Ta'i 974 - 991
  • Al-Qadir 991 - 1031
  • Al-Qa'im 1031 - 1075
  • Al-Muqtadi 1075 - 1094
  • Al-Mustazhir 1094 - 1118
  • Al-Mustarshid 1118 - 1135
  • Ar-Rashid 1135 - 1136
  • Al-Muqtafi 1136 - 1160
  • Al-Mustanjid 1160 - 1170
  • Al-Mustadi 1170 - 1180
  • An-Nasir 1180 - 1225
  • Az-Zahir 1225 - 1226
  • Al-Mustansir 1226 - 1242
  • Al-Musta'sim 1242 - 1258


  ZAMAN KEGEMILANGAN KERAJAAN BANI ‘ABBASIYYAH 

Kerajaan ‘Abbasiyyah mula mencapai tahap kegemilangannya ketika zaman pemerintahan khalifah Harun bin Muhammad bin ‘Abdullah (al-Rasyid), yang bermula sekitar tahun 170 hingga 193 H bersamaan 786 hingga 808 M. Antara faktor kegemilangannya ialah :             
  1. Penterjemahan Ilmu Pengetahuan Secara Meluas
Oleh kerana tidak memiliki buku ilmiah yang lengkap, maka buku-buku dari bahasa asing diterjemahkan secara besar-besaran ke dalam bahasa Arab. Kerja-kerja penterjemahan ini adalah penting dan dianggap sebagai sumber pemikiran Islam di samping al-Quran dan Hadis. Untuk tujuan itu, mereka terlebih dahulu perlu mempelajari bahasa-bahasa asing sehingga lahirlah pera cerdik pandai yang mampu menguasai pelbagai bahasa seperti bahasa Parsi, Yunani, Hindu dan lain-lain. Jabir bin Hayyan yang terkenal dalam kalingan masyarakat Eropah adalah salah seorang penterjemah Islam yang cekap dan bijak. Dia juga merupakan seorang ahli sains dan sasterawan terbilang di era kerajaan ‘Abbasiyyah.Aktiviti penterjemahan sampai ke kemuncaknya di era pemerintahan khalifah ‘Abdullah bin Harun bin Muhammad (al-Ma’mun). Ketika ini ditubuhkan sebuah akademi khas di Baghdad yang bertanggang jawab untuk tugas-tugas menterjemah buku-buku penting dari pelbagai bahasa ke bahasa Arab. Akademi ini diketuai oelh Yahya bin Masaweh, juga seorang yang bertanggang jawab menterjemah banyak buku perubatan untuk khalifah Harun al-Rashid.

       2. Kemajuan dalam Bidang Astronomi

Khalifah al-Ma’mun juga merupakan pelopor utama dalam bidang astronomi. Beliau telah membina pusat penyelidikan dalam bidang astronomi yang dilengkapi dengan peralatan yang agak sempurna dan lengkap di Baghdad. Tujuannya ialah untuk mengetahui pergerakkan bintang dilangit agar mereka dapat mengetahui musim dan pergerakan angin. Ini berbeza dengan ahli astronomi sebelum kedatangan Islam yang menggunakan ilmu astronomi untuk menilik nasib manusia.



      FAKTOR-FAKTOR KEJATUHAN KERAJAAN BANI ‘ABBASIYYAH 
Kerajaan Bani ‘Abbasiyyah yang diasaskan oleh Abu ‘Abbas as-Saffah itu hanya sempat bertahan selama 508 tahun (5 kurun) iaitu pada tahun 750 hingga 1258 Masihi. Namun dalam tempoh 400 tahun yang terakhir, pemerintahan Bani ‘Abbasiyyah hanya tinggal pada nama sahaja. Keagungan dan kehebatan sebelumnya gagal dikembalikan semula. Kerajaan Bani ‘Abbasiyyah menjadi lemah dan terus merosot. Akhirnya kerajaan ‘Abbasiyyah tumbang pada tahun 1258 Masihi apabila digempur oleh tentera Hulagu Khan. Berikut adalah faktor-faktor kejatuhan kerajaan Bani ‘Abbasiyyah : 
   

 1. Kelemahan Pemerintah. 

Faktor utama kejatuhan kerajaan ‘Abbasiyyah adalah disebabkan oleh kelemahan pemerintahnya sendiri. Hal ini dapat dilihat apabila para pemerintahnya diperlakukan seperti boneka oleh bangsa Turki. Selain itu, para khalifah ‘Abbasiyyah pada zaman terakhir pemerintahan, mereka lebih mementingkan kepentingan peribadi serta kehidupan yang mewah tanpa mempedulikan rakyat dibawah pemerintahan mereka. Keadaan adalah lebih teruk apabila Khalifah al-Mu’tasim Billah termakan nasihat penasihatnya sehingga menyebabkan Kerajaan ‘Abbasiyyah jatuh ketangan Hulagu Khan yang merupakan cucu kepada Genghis Khan. Ketika itu, pusat pemerintahan ‘Abbasiyyah bertapak di Kota Baghdad, Iraq. Dalam sejarah,  kejatuhan itu dilihat berpunca dari kelemahan Khalifah al-Mu’tasim Billah sendiri. Beliau yang hanya mendengar nasihat dari pengampu kerajaan, sedangkan pengampu tersebut mempunyai seribu satu muslihat untuk menjatuhkan pemerintahan Khalifah Islamiah tersebut. Walaupun mempunyai kemahiran dalam bidang al-Quran dan as-Sunnah, tetapi Khalifah al-Mu’tasim Billah merupakan seorang yang kurang cerdik. Beliau amat mempercayai penasihatnya yang bernama Umayiduddin Muhammad Al-Aqami, sedangkan ketika itu sudah banyak tindakan-tindakan Umayiduddin yang amat meragukan. Segala nasihat dan cadangan yang diberikan oleh Umayiduddin, ternyata tidak memberi sebarang faedah kepada Islam, seperti cadangan mengadakan hubungan perpaduan dengan Hulagu Khan, walhal ketika itu tentera Hulagu Khan sudah bersiap sedia untuk melakukan serangan terhadap pusat pemerintahan kerajaan ‘Abbasiyyah di Kota Baghdad tersebut. Ketua Tentera kerajaan ‘Abbasiyyah bernama Rukunuddin Ad-Daudar telah memberi nasihat kepada Khalifah, tetapi Khalifah tetap meletakkan kepercayaannya kepada Umayiduddin, sedangkan Umayiduddin itu mempunyai ‘Abbasiyyah secara senyap-senyap. Hulagu Khan telah menjanjikan jawatan raja kepada Umayiduddin, sekiranya tentera Hulagu Khan berjaya menguasai Baghdad. Oleh hal yang demikian, dengan segala kecerdikan yang ada, Umayiduddin telah menggunakannya untuk memperdayakan Khalifah al-Mu’tasim Billah sehingga Hulagu Khan dan bala tenteranya berjaya masuk ke kota Baghdad tanpa menghadapi sebarang kesusahan dan kepayahan. Sebelum kejadian itu, beberapa tindakan yang dilakukan oleh Umayiduddin ini sudah dapat dihidu oleh ketua tentera Kerajaan ‘Abbasiyyah iaitu Rukunuddin, malahan telah dilaporkan kepada Khalifah. Namun begitu, disebabkan kebodohan dan sifat “lurus bendul” yang wujud dalam diri Khalifah al-Mu’tasim Billah, menyebabkan segala laporan yang disampaikan oleh Rukunuddin tidak dipedulikan. Memandangkan Khalifah seorang yang mempunyai sifat ego, sombong, malas, penting diri dan lurus bendul, dia tidak mengambil peduli terhadap dakwaan Rukunuddin yang telah lama sangsi akan kewujudan Umayiduddin, sedangkan Khalifah tidak mahu mempedulikan apa yang diberitahu olehnya. Umayiduddin seorang yang mempunyai kebijaksanaan mengungkap ucapan yang menarik, disamping kepetahan membaca bait ayat-ayat al-Quran, menyebabkan Khalifah tidak mempercayai segala dakwaan Ketua tentera Kerajaan ‘Abbasiyyah iaitu Rukunuddin.  

2. Serangan Tentera Mongol

Orang-orang Mongolia adalah bangsa yang berasal dari Asia Tengah. Negeri mereka adalah Mongolia yang merupakan sebuah kawasan di negara China. Mereka terdiri daripada kabilah-kabilah besar yang pelbagai, yang kemudiannya disatukan oleh Genghis Khan (603-624 H/ 1206-1226 M) . Mereka adalah orang Badwi-sahara yang terkenal dengan sikap yang keras kepala dan suka melakukan kejahatan. Selain itu, mereka juga adalah kelompok manusia yang suka berperang, merompak, dan menumpahkan darah, serta menyembah berhala-berhala, bintang-bintang, dan matahari. Mereka memakan apa sahaja apa yang mereka mahu, dan suka melakukan perkara-perkara yang hedonisme-permisif. Pada tahun 1258 Masihi Baghdad telah jatuh ke tangan bangsa Mongol, ini bukan sahaja mengakhiri kekuasaan Khilafah Bani ‘Abbasiyyah di sana, tetapi juga merupakan tanda awal kemunduran politik dan peradaban Islam, kerana Baghdad merupakan pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu lenyap dimusnahkan oleh tentera Mongol yang dipimpin Hulagu Khan. Dalam kejadian itu, digambarkan bahawa Hulagu Khan menyerang Baghdad dengan pasukan tentera yang sangat besar. Jumlah tentera Mongol kira-kira seramai 200 000 orang. Oleh itu, tentera ‘Abbasiyyah tidak mampu menentang tentera Mongol lalu lari berkurung di dalam kota. Tentera Mongol terus mengepung kota Baghdad selama 10 hari. Akhirnya, kota Baghdad jatuh ke tangan tentera Mongol. Tentera Mongol memasuki kota Baghdad dan membunuh sesiapa sahaja yang mereka temui. Segala peradaban Islam yang terbina di Baghdad telah dihancurkan. Segala kitab yang dihasilkan oleh sarjana-sarjana Islam telah dikumpulkan dan dibuang ke dalam Sungai Dujlah sehingga airnya menjadi hitam (kerana dakwat daripada tulisan kitab-kitab itu). Pada saat yang genting tersebut, penasihat kepada Khalifah al-Mu’tasim iaitu Umayiduddin Muhammad Al-Aqami ingin mengambil kesempatan dengan menipu Khalifah. Umayiduddin berkata kepada Khalifah al-Mu’tasim, "Saya telah menemui mereka untuk perjanjian damai. Hulagu Khan ingin mengahwinkan anak perempuannya dengan Abu Bakr Ibn Mu'tashim, putera Khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin kedudukanmu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana saudara-saudaramu terhadap sultan-sultan Seljuk". Khalifah al-Mu’tasim menerima usul itu, ia keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibahagi-bahagikan Hulagu kepada para panglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari ahli fiqh dan orang-orang terpandang serta keluarganya. Tetapi, sambutanyang diberikan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan Khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya ternyata tidak benar. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung secara bergilir-gilir.

3.  Polisi Mengutamakan Bangsa Asing 

Terdapat khalifah-khalifah ‘Abbasiyyah yang terlalu mengutamakan bangsa asing khususnya keturunan Turki dan Parsi. Sebaliknya bangsa Arab kurang diberi perhatian. Bangsa Turki dan Parsi diberikan jawatan-jawatan penting dalam pentadbiran negara. Ini menimbulkan perasaan tidak puas hati bangsa Arab. Hal ini dapat dilihat apabila Khalifah Al-Mu’tasim telah mencipta satu dasar yang melemahkan Kerajaan ‘Abbasiyyah apabila beliau mengambil 50,000 orang Turki untuk menjadi askar upahan dengan harapan untuk menjadikan mereka sebagai penyokongnya yang setia. Apabila orang Turki ini menjadi pengawal istana, maka kedudukan mereka bertambah kuat, lalu mereka mulai menguasai khalifah sehingga khalifah terpaksa mengikut arahan mereka.             Apabila masuknya dominasi bangsa luar ke dalam pusat pemerintahan Baghdad telah menyebabkan kedudukan Khalifah sebagai boneka. Akibatnya, para khalifah hanya berkuasa atas nama Kerajaan Bani ‘Abbasiyyah tetapi urusan pemerintahan dikuasai oleh orang lain. Sejak awal, Khalifah Bani ‘Abbasiyyah memasukkan unsur-unsur bukan Arab seperti unsur Parsi dan Turki. Pada tahun 945-1055 Masihi, Kerajaan Bani Buwaih dari Parsi menguasai Baghdad. Selanjutnya Bani Seljuk dari Turki pula menguasai pemerintahan pusat di Baghdad menggantikan Bani Buwaih.             Antara 27 orang khalifah selepas Khalifah al-Mutawakkil (819-847 Masihi), ada 12 orang khalifah yang kedudukannya dipermainkan oleh para pengawal istana dari Turki. Sebagai contohnya, Khalifah al-Mu’tasim melarikan diri dari Baghdad kerana tidak sanggup menghadapi perlakuan kasar pengawal-pengawal dari Turki. Al-Mu’taz hanya berkuasa selama tiga bulan. Beliau dipaksa turun dari takhta oleh pengawalnya sendiri. Al-Muhtadi juga dipaksa turun takhta dan dipenjarakan kerana berselisih pendapat dengan orang Turki. Ramai lagi khalifah-khalifah yang dipecat, disingkirkan, dibunuh ataupun dipenjarakan oleh para pengawal dari Turki.


 4.  Kemerosotan Ekonomi

Selain mengalami kemunduran dalam bidang politik, Kerajaan Bani ‘Abbasiyyah juga mengalami kemerosotan ekonomi yang teruk sehingga menyebabkan jatuhnya kerajaan. Pada zaman awal pemerintahan Bani ‘Abbas, Kerajaan ‘Abbasiyyah merupakan sebuah kerajaan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta. Sumber pendapatan Kerajaan ‘Abbasiyyah adalah daripada hasil kutipan cukai wilayah dan pertanian.             Setelah banyak negara melepaskan diri, jumlah bayaran pajakan daripada wilayah-wilayah semakin berkurangan. Bagi meningkatkan pendapatan, pemerintah mengarahkan tentera memungut cukai secara paksa. Menurut Jurji Zaidan, pendapatan Kerajaan Bani ‘Abbasiyyah menurun kerana para pengutip cukai memonopoli hasil cukai. Pertanian pula terganggu kerana lumpur menimbus sistem pengairan. Ini berikutan Sungai Nahrawan mengalami kerosakan besar akibat perang dan salurannya yang tidak dibaiki. Selain itu, kemerosotan ekonomi Kerajaan ‘Abbasiyyah juga adalah disebabkan oleh berlakunya rusuhan rakyat sehingga menyebabkanpara pedagang tidak lagi berkunjung ke Baghdad. Hal itu menyebabkan dana yang tersimpan di Baitulmal semakin merosot berbanding peruntukan yang dikeluarkan. Malahan berpunca daripada kehidupan para khalifah yang semakin mewah dan mementingkan diri sendiri.    


5.  Munculnya Gerakan Pemberontakan

Pada zaman al-Muthadi (869 Masihi), timbul pemberontakan daripada kaum Zanj di bawah pimpinan Ali bin Muhammad. Di Iraq, terdapat gerakan Syiah, Qaramitah yang di pimpin oleh Hamdan Qarmat pada tahun 874 Masihi. Gerakan ini berjuang untuk menjadikan wilayah mereka sebagai zon merdeka. Lanjutan daripada gerakan Qaramithah, timbul pula gerakan Hasyasyin di bawah pimpinan Hasan bin Sabbah. Mereka membunuh para pembesar negara yang menjadi musuh mereka seperti Perdana Menteri Kerajaan Bani Seljuk di Baghdad dan Nizamul Muluk. Sebelum berkuasa, Kerajaan Bani Buwaih juga melakukan pemberontakan ke atas pemerintahan Baghdad sehingga berjaya menguasainya.             Selepas melalui fasa-fasa kemunduran, akhirnya kerajaan Bani ‘Abbasiyyah jatuh ke tangan tentera Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Menurut Jurji Zaidan, sebelum Hulagu menyerang Baghdad, kedudukan dalaman Kerajaan Bani ‘Abbasiyyah sedang mengalami zaman kemunduran akibat berlakunya pertentangan hebat di antara kumpulan Syiah dan Sunni. Golongan istana pada ketika itu menganut kepercayaan Sunni, manakala penasihat atau wazir kerajaan pada ketika itu iaitu Umayiduddin al-Aqami pula adalah seorang penganut Syiah. Sebab terjadinya tentangan di antara Syiah dan Sunni disebabkan oleh tindakan Al-Daudar dan Abu Bakar, yang merupakan putera khalifah pada ketika itu bertindak menghancurkan daerah Karkh yang menjadi tempat tinggal orang-orang Syiah. Akibat marah dengan perbuatan itu, Umayiduddin mengirim surat kepada Hulagu dan meminta Hulagu menyerang Baghdad


KERAJAAN BANI UTHMANIYYAH

BERMULANYA PEMERINTAHAN UTHMANIYYAH

Pada peringkat awal, penubuhan kerajaan Islam Uthmaniyyah telah diasaskan oleh Osman I (Osman Ghazi Khan). Beliau pada awalnya telah memimpin pasukan tenteranya untuk membebaskan diri daripada kerajaan Saljuk (1299). Bermula itulah beliau membentuk sistem pemerintahan tersendiri yang menjadi pewaris kepada kekhalifahan yang memerintah Turki. Beliau mengisytiharkan diri sebagai sultan yang berkuasa ke atas pemerintahan dinasti tersebut.

Golongan Byzantine mengambil pendirian untuk meninggalkan kependudukan mereka menuju ke perkampungan countryside dalam negara seperti Anatolia. Byzantine cuba sedaya upaya menghalang Osman meluaskan kekuasaannya ke Barat tetapi, Osman berjaya menguasai beberapa wilayah barat sepertii Eupheses (Berhampiran Laut Aegen). Pasukan beliau juga turut bergerak untuk menguasai sebelah timur Anatolia, di mana mereka telah berjaya menguasai Laut Hitam, kawasan startegik bagi Byzantine.

Misi terakhir Osman sebelum kematiannya telah menentang tentera Byzantine di Bursa (1324). Kemenangan Islam membuktikan Islam boleh menewaskan pasukan bukan Islam di kawasan kubu kuat mereka. Anak yang mewarisi kepimpinan Osman ialah Orhan, telah menjadikan Bursa sebagai pusat utama pemerintahan mereka.


PERKEMBANGAN DAN PENGUKUHAN

Semasa era ini, perkembangan kerajaan Uthmaniyyah boleh dibahagikan kepada dua kategori :
1.     Kejayaan penaklukan Kota Constantinople (1453) sehinggalah Sultan Sulaiman Al-Qanuni meninggal pada 1566.
2.     Kelemahan struktur pentadbiran pasca 1566 sehinggalah kegagalan menguasai Vienna pada tahun 1683.
Kota Constantinople menjadi jambatan penghubung di antara Islam dan Barat, Asia dan Eropah. Sebelum ianya ditakluk, pihak Uthmaniyyah telah menguasai beberapa wilayah penting di rantau Balkan. Antaranya ialah kejayaan dalam peperangan Kosove (1389). Kejayaan tersebut menandakan berakhirnya kuasa Serbia yang merupakan salah satu dari kuasa Eropah yang ada. ia merupakan kemenangan yang strategik bagi membuka jalan ke atas pembukaan Kota Constantinople.

Pada Peperangan Nicopolis (1396), yang dianggap sebagai peperangan berskala besar, pihak tentera salib menentang Uthaminyya, tidak dapat menyekat kemaraan Uthamniyyah menguasai wilayah-wilayah yang berada di bawah Byzantine. Pihak Byzantine agak lega sedikit kerana Kerajaan Uthmaniyyah di sebelah Anatolia mengalami pergolakan di mana Timur (Juga dikenali sebagai Tamerlane, sebuah kuasa dari sebelah Timur yang wujud pada abad ke-14 di Asia Tengah. Mereka mempunyai kaitan jalur yang panjang dengan Dinasti Mughal) telah menjajah Anatolia dalam peperangan Ankara (1402), menyaksikan Sultan Beyazid I telah dipenjara. Ini menyebabkan sebahagian wilayah yang dikuasai Uthmaniyyah jatuh buat sementara, antaranya Macedonia dan Kosovo. Pergolakan itu menyebabkan perancangan penguasaan ke atas Constantinople mengalami gangguan.

Pasukan tentera Uthamniyyah turut bersaing dengan kuasa Eropah lain di Lautan Hindi. Mereka pernah menghantar pasukannya melalui jalan laut Afrika dan juga ke Aceh di Indonesia untuk mempertahankan wilayah tersebut dari serangan pihak yang tidak bertanggungjawab.

Dari aspek pemerintahan, Sultan Murad I dalah sultan Uthmaniyyah pertama yang menggunakan gelaran 'sultan' , manakala mulai tahun 1517, sultan di kalangan pemerintah Uthmaniyyah turut menjadi khalifah kepada umat Islam dengan pelbagai gelaran yang digunakan bagi menunjukkan kekuasaan mereka dalam pentadbiran.

Zaman kegemilangan Utmaniyyah berterusan di bawah pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566), beliau merupakan :
1.     Pemerintah paling lama dalam sejarah kesultanan Uthmaniyyah. Beliau banyak melakukan perubahan terutama dari aspek perundangan sehingga beliau mendapat gelaran al-Qanuni,pembuat undang-undang.
2.     Beliau turut berjaya memimpin pasukan Uthmaniyyah menguasai wilayah Byzantine seperti Hungary, Balgrade dan Rhodes.
3.     Beliau berjaya memperkasa armada laut dengan menguasai Laut Mediterranian, Laut Merah dan teluk Parsi.


ZAMAN MENDATAR DAN KEBANGKITAN NASIONALISME

Antara faktor yang menjadikan pengembangan yang dilakukan oleh Uthmaniyyah tidak aktif ialah :
1.     Kekalahan menguasai Vienna (1683).
2.     Penglibatan mereka di dalam peperangan yang menelan belanja besar.
Mereka turut mengalami kekalahan dalam siri-siri peperangan di Eropah seperti :
1.     Peperangan menentang Poland-Lithuania.
2.     Rusia & Autria-Hungary
3.     Peperangan Kerajaan Uthmaniyyah dengan Rusia berlangsung selama 3 abad (kurun 17,18 & 19)
Kemenangan yang didambakan tetapi kekalahan yang terpaksa diharungi amat memeritkan pemerintahnnya lantaran kos persenjataan yang amat tinggi.

Pada awal abad ke 18, pihak Uthmaniyyah membuat satu perjanjian yang dikenali sebagaiPerjanjian Passarowitz , di mana ia telah mewujudkan suasana yang aman pada tahun suasana yang aman pada tahun 1718-1730 (selama 12 tahun). Melalui perjanjian ini, mereka berupaya mendirikan benteng pertahanan di sekitar negara Balkan bagi menyekat serangan pihak Eropah ke atas wilayah Uthmaniyyah. Mereka mula menukar pendekatan pemerintahan dengan mengemukakan polisi mesra rakyat dengan mengambil kira pandangan masyarakat umum, mengurangkan cukai, meningkatkan taraf infrastruktur awam, dan bermacam-macam lagi.

Pihak Uthmaniyyah juga melakukan pembaharuan terhadap sistem pendidikan dengan memperkenalkan institusi kemahiran seperti Universiti Teknikal Istanbul dan lain-lain. Namun begitu, mereka tidak dapat menandingi kemajuan teknologi yang telah meletus di Barat. Rentetan dari itu, banyak wilayah Uthmaniyyah yang telah tewas kepada Barat terutama kepada Rusia dan Austria pada abad ke-18.

Selain itu kerajaan Uthmaniyyah turut mempunyai masalah dalaman wilayah-wilayah Islam lain yang berada di bawah pemerintahannya, mereka menghadapi kebangkitan umpamanya dari Egypt dan Algeria, tetapi kedua-dua negara ini telah dijajah pula oleh British dan Perancis.

Mereka turut terpaksa berhadapan dengan kebangkitan di negara-negara Balkan seperi Revolusi Serb (1804-1815. Revolusi ini menjadi pengasas kepada kebangkitan menentang Uthmaniyyah. Pada tahun 1821, mereka terpaksa pula berdepan dengan pengisytiharan perang terhadap Sultan oleh Greek. Mereka berjaya menjadi wilayah pertama di bawah Empayar Uthmaniyyah yang dibebaskan.

Kebangkitan nasionalisme berteraskan bangsa telah menyebabkan Kerajaan Uthmaniyyah tidak mampu untuk mengendurkan ketegangan satu demi satu wilayahnya menuntut untuk bebas dan keluar dari pemerintahan Uthmaniyyah. Ini termasuk dalam kes negara Saudi Arabia di mana pemimpinnya pada waktu tersebut Sharif Husin ditawarkan dengan pemerintahan sebagai ganti kepada pemberontakan untuk bebas dari Uthmaniyyah. Namun diskusi Sharif Husin dengan Mc Mohan di Egypt hanya menjadi bahan ketawa setelah kelicikan pihak British telah mempersendakan intelek masyarakat Arab. Golongan Arab ini mudah dipermainkan oleh musuh yang suka memberi janji palsu.


ERA KEJATUHAN DAN PROSES MODENISASI (TANZIMAT)

Dalam era ini, empayar Uthmaniyyah terpaksa berhadapan dengan cabaran hebat untuk berdepan dan menghadapi tentangan, serangan dan penjajahan dari kuasa luar. Uthmaniyyah juga banyak terlibat dalam kerjasama membentuk pasukan pertahanan dengan kuasa-kuasa lain dari sebelah Eropah seperti kerjasama dengan Perancis, Belanda, Britain dan Rusia. Contohnya, ketika Peran Crimea (1853), Uthmaniyyah membentuk pasukan bersama dengan Britain dan perancis dalam menentang Rusia.

Ada sebahagian penduduk Crimea ini yang juga dikenali sebagai Crimean Tartar, berhijrah ke Turki untuk mendapatkan perlindungan. Mereka terus berada dan tinggal di situ. Mereka turut terlibat di dalam membangunkan Turki dan membantu dalam proses modenisasi pendidikan yang dilakukan pada akhir abad ke-19.

Proses penyusunan semula dan pembaharuan (tanzimat) sekitar tahun 1839-1876, bermula dengan satu polisi rasmi yang dikenali sebagai The Imperial Rescript of The Rose Chamber of 1839. Ia merupakan permulaan kepada reformasi di bawah proses tanzimat ketika pemerintahan Sultan Abdulmecid I dari tahun 1839-1861. Ia juga penanda penting perubahan sistem pentadbiran kepada sistem yang lebih sekular.Polisi ini menghapuskan cukai pertanian. ia menjadikan para askar mengawal sesuatu wilayah berdasarkan jumlah penduduk. Secara ringkasnya ia telah membentuk kehidupan sosial baru dalam kalangan masyarakat.

Mereka turut memasukkan jaminan hak-hak asasi seperti jaminan samarata (equality) kepada semua penduduk Uthmaniyyah tanpa mengambil kira soal bangsa dan kepercayaan agama. Polisi ini menghapuskan sistem millet dalam empayar Uthmaniyyah. Sistem Millet adalah sistem sosial yang berteraskan kepada agama seseorang., di mana setiap komuniti agama diberi kebebasan autonomi untuk bergerak, adakalanya mendapat perhatian istimewa, berdasarkan rumah ibadat yang mereka anggotai.

Proses ini dicetuskan oleh Sultan Mahmud II yang memerintah dari tahun 1808-1839, diteruskan oleh Sultan Abdulmecid I, dengan harapan dapat membawa kebaikan dan faedah daripada pengurusan yang cekap ke seluruh wilayah di bawah kerajaan Uthmaniyyah. Antaranya :
1.     Pihak Uthmaniyyah berjanji menjaga penduduknya dengan jaminan keselamatan, kesejahteraan diri dan harta.
2.     Memperkenalkan wang kertas pertama Uthmaniyyah (1840).
3.     Menyusun semula ketenteraan, kaedah pengambilan, gaji dan penentuan tempoh khidmat (1843-1844)
4.     Memperkenalkan lagu kebangsaan dan bendera negara (1844)
5.     Menyusun semula sistem kewangan berdasarkan model Perancis.
6.     Menyusun semula Undang-undang sivil dan jenayah mengikut model Perancis
7.     Mewujudkan Meclis-i Maarif-i Umumiye (1845) yang menjadi dasar penubuhan Parlimen Uthmaniyyah Pertama (1876)
8.     Mendirikan universiti moden yang pertama (1848)
9.     Menghapuskan Jizyah ke atas non-Muslim, dengan memperkenalkan sistem cukai bersepadu (1856)
10.   Mewujudkan Bursa Saham di Istanbul pada 1866
11.   Mendirikan jalan-jalan keretapi, pemodenan kilang industri, pelbagai penambahbaikan dalam perkhidmatan awam dan kemajuan perdagangan.
Perlembagaan Pertama Uthmaniyyah ini ditulis oleh 'golongan muda Uthmaniyyah' pada tahun 23 November 1876 sehingga 13 Februari 1878. Ia tidak melibatkan sistem parti. Pada masa tersebut, parlimen dilihat sebagai tempat untuk menyuarakan pandangan dan hasrat rakyat, bukan tempat untuk parti politik atau pertubuhan untuk berbahas. Sebab itulah dalam sistem demokrasi moden, apa yang dibuat oleh Uthmaniyyah ini mirip kepada Monarki Berpelembagaan, bukan sistem perwakilan rakyat.
Idea-idea kumpulan ini tidak disenangi sesetengah pihak sehingga kewujudan Young Ottomans terpaksa diharamkan. Sultan Abdul Hamid II yang pada awalnya menerima idea Perlembagaan Pertama, menolak kembali idea-idea tersebut. Selepas dari itu, kumpulan intelektual ini terus mencari idea untuk membantu Kerajaan Uthmaniyyah, di mana terbentuknya kumpulan yang dikenali sebagai Young Turks. Mereka memikirkan polisi-polisi untuk negara sehinggalah kerajaan Uthamniyyah menyertai Perang Dunia I.


Secara ringkas, kejatuhan Kerajaan Uthmaniyyah boleh digambarkan berpunca daripada beberapa perkara, antaranya seperti berikut :
1.     Masalah ekonomi di mana kerajaan Uthmaniyyah berhadapan dengan kesukaran untuk membayar kembali hutang mereka dengan bank-bank Eropah.
2.     Kebangkitan nasionalis wilayah-wilayah tadbiran Uthmaniyyah termasuk di Negara Arab dengan tercetusnya Kebangkitan Arab pada tahun 1916.
3.     Perjanjian Sykes-picot 1916 yang dibuat secara rahsia telah menjadi plan strategik pihak kuasa barat untuk memecahbelahkan kerajaan Uthmaniyyah. Ini juga berlaku disebabkan kuasa-kuasa Barat ini beranggapan Uthmaniyyah akan jatuh apabila tercetusnya Perang Dunia Pertama pada tahun 1914.
4.     Penyertaan Uthmaniyyah dalam Perang Dunia Pertama. Mungkin mereka tidak mempunyai pilihan untuk tidak terlibat kerana desakan untuk mempertahankan wilayahnya yang cuba dirampas. Selepas Uthmaniyyah menandatangani persetujuan pada bulan Oktober 1914 untuk menyokong Jerman menentang Rusia dengan sokongan dari United Kingdom.

Sultan Abdulmecid II menjadi sultan terakhir dari dinasti pemerintahan Uthmaniyyah. Beliau sempat memerintah selama 17 bulan bermula 19 November 1922-3 Mac 1924. Ketika itu, tiada apa yang mampu dilakukan setelah Republik Turki diisytiharkan dalm polisi negara mereka juga telah berubah kepada mengadaptasikan sistem yang lebih terbuka, liberal dan mengamalkan sekular. Agama tidak lagi menjadi perkara penting di dalam pertimbangan sebarang polisi negara.